Saturday, February 23, 2013

Keharmonisan tak Selalu Harmonis


Jam istirahat-pun tiba, bel penanda segera berbunyi. Murid-murid sekolah menegah atas ini-pun keluar secara bergiliran dari kelasnya, mencari tempat yang pas untuk memperistirahatkan pikirirannya.
Ditengah keramaian halaman sekolah, aku berjalan terus mencari sisi yang tepat untuk bersantai ria bersama teman-temanku. Tepat disaung sebelah pohon besar aku memutuskan untuk menempatinya.
Diujung taman dekat pohon terlihat sepasang kekasih sedang bermesraan, saling memperhatikan, tertawa bersama, bertukar kasih bersama. Pasangan ini memang sering menunjukkan kemesraannya didepan publik. Mungkin, pasangan ini termasuk pasangan termesra dari pasangan-pasangan yang lainnya.
Taufik, terlihat sedang asyik menggombali kekasihnya, Lyla, yang tersipu malu akibat rayuan-rayuan yang Taufik berikan. Sehingga, Lyla kesal dibuatnya, dan Taufik tertawa keras menampilkan sikap percaya diri seolah-olah ia telah memenangkangkan sebuah pertandingan.
Terkadang, aku iri melihat pasangan yang satu ini selalu menampilkan sikap ceria, seakan tak pernah ada masalah diantara mereka. Tanpa sadar aku larut dalam kekosongan, dan Tania, salah satu temanku menegorku. Dan ternyata dia peka sekali terhadap perasaanku saat ini.
“Rey, nggak usah dilamunin. Kamu juga nggak perlu iri dengan mereka. Percayalah, mereka nggak selamanya bahagia seperti itu.”
                Akupun kaget seketika saat ia bicara seperti itu. Apa sidaritadi ia memerhatikan pandanganku yang terus menatap pasangan itu?
“Ah, kamu Tan. Aku nggak lamunin mereka kok. Aku Cuma nggak sengaja melihat.”
                Lalu, sekarang semua tatapan tertuju padaku. Speecless!!!
“Ayo ngaku, Reynaaa!!” teriak Gimas.
                Ayo cepat bel masuk! Aku nggak betah ditanya-tanya seperti ini! Please, Tuhan....
“Nggak perlu ditutup-tutupin seperti ini, Reyna. Sampai kapan kamu harus jadi orang yang suka memendam perasaan? Nggak baik lho...”
“Hmmm, aku akui, aku memang memperhatikan mereka. A..a..aku iri kepada mereka...” Jawabku terbata-bata.
“Dengar aku. Kamu nggak perlu iri kepada mereka, Rey. Seperti yang sudah kukatakan tadi, mereka itu nggak selamanya bahagia. Mereka juga manusia, sama seperti kita. Dan, pasti bermasalah. Mungkin, mereka nggak mau memperlihatkan kesulitan mereka dipublik.” Jelas Tania.
“Ya ya ya, aku paham, aku paham”
***
                Jam istirahat kali ini, kami menghabiskannya dikantin. Kantin selalu ramai oleh murid-murid sekolah ini. Maka dari itu kami jarang mengunjungi kantin. Hanya sekali dua kali saja.
                Kami memilih tempat disudut ruangan. Tepatnya dekat pintu keluar. Tania dan Gimas memesan makanan, dan aku hanya memesan minuman saja. Berhubung pagi tadi sudah sarapan. Sambil iseng-iseng membaca buku ensiklopedia, tiba-tiba terdengar suara-suara besar dan sangat mengganggu seperti ada perdebatan antarlawan jenis. 
                Akupun langsung mengalihkan perhatianku terhadap buku, dan menoleh kearah sumber suara. Sempat kaget seketika. Tak disangka, ternyata suara itu diciptakan oleh Taufik dan Lyla, yang baru tiga hari yang lalu aku peributkan dengan teman-teman.
“Taufik, dengar, aku tidak pernah berhubungan dengan dia dibelakang kamu. Kamu pasti percaya aku tidak akan melakukannya, kan?”
“Omong kosong! Sudahlah, bukti lebih buat aku percaya ketimbang perkataanmu itu.” 
“Jadi, kau lebih mempercayai mereka, dibanding aku, pacar kamu sendiri?!”
“Aku percaya bukti, bukan mereka dan bukan kamu!”
“Oke. Kalau memang jalan yang kau ambil seperti itu. Mulai sekarang aku tidak ingin melihatmu dan berbicara padamu!”
                Dan, bla bla blaaa.....
                Mereka sangat marah besar. Entah karena masalah apa. Taufik dan Lyla saling beradu mulut. Menunjukkan kalau mereka tidak melakukan sebuah kesalahan. Keributan mereka telah mengacaukan suasana ruang kantin dan menjadi pusat perhatian murid-murid yang lain.
                Tak ada pemisah mereka. Semua murid yang berada diruang kantin hanya bisa menatap dan berpikir dalam hati masing-masing.
Tak disangka, ternyata pasangan yang selama ini memiliki tingkat kemesraan yang luar bisa, bisa bertengkar juga. Atau, oh seperti ini toh cara bertengkar mereka, pasangan yang selama ini dinilai sangat romantis dan tak pernah bermasalah. Atau mungkin untuk yang tidak suka melihat pasangan ini, mereka akan berkata dalam hati dan akan merasa puas dengan adanya kejadian ini.
Gimas dan Tania-pun segera membawaku keluar ruangan itu, dan mulai berbicara.................
“Tuh kan, Rey, benar kataku waktu itu. Mereka pasti punya masalah. Dan, kali ini mereka nggak bisa menahan diri untuk tidak dipermasalakan lagi di depan publik.” Ungkap Tania.
“Atau mungkin sumber masalahnya memang ada disekolah ini, teman kelasnya mungkin?” Lanjut Gimas.
“Dan, karena sudah terlanjur mereka bertengkar dan dilihat anak-anak, mereka memutuskan untuk berakhir. Gengsi lah yaa..”
                Kepalaku mulai penat akibat kejadian dikantin tadi, ditambah lagi ocehan Tania dan Gimas yang nggak ada berhentinya dari tadi.
“Terserah kalian mau bicara apa tentang mereka, aku nggak peduli!” komentarku singkat. Kemudian bergerak dan meninggalkan Tania dan Gimas yang masih asik bergosip hal yang nggak penting.
***
                Sudah terbukti, bahwa semua pasangan yang selalu menampilkan senyum tawa cerianya didepan publik nggak selalu seperti itu. Selalu ada masalah dan ujian disetiap hubungan. Tergantung yang menjalani, ingin diperpanjang dan membuat hancur keharmonisan, atau segera menyelesaikan dan memendamnya, supaya selalu terlihat harmonis.

No comments:

Post a Comment