Jam
istirahat-pun tiba, bel penanda segera berbunyi. Murid-murid sekolah menegah
atas ini-pun keluar secara bergiliran dari kelasnya, mencari tempat yang pas
untuk memperistirahatkan pikirirannya.
Ditengah
keramaian halaman sekolah, aku berjalan terus mencari sisi yang tepat untuk
bersantai ria bersama teman-temanku. Tepat disaung sebelah pohon besar aku
memutuskan untuk menempatinya.
Diujung
taman dekat pohon terlihat sepasang kekasih sedang bermesraan, saling memperhatikan,
tertawa bersama, bertukar kasih bersama. Pasangan ini memang sering menunjukkan
kemesraannya didepan publik. Mungkin, pasangan ini termasuk pasangan termesra
dari pasangan-pasangan yang lainnya.
Taufik,
terlihat sedang asyik menggombali kekasihnya, Lyla, yang tersipu malu akibat
rayuan-rayuan yang Taufik berikan. Sehingga, Lyla kesal dibuatnya, dan Taufik
tertawa keras menampilkan sikap percaya diri seolah-olah ia telah
memenangkangkan sebuah pertandingan.
Terkadang,
aku iri melihat pasangan yang satu ini selalu menampilkan sikap ceria, seakan
tak pernah ada masalah diantara mereka. Tanpa sadar aku larut dalam kekosongan,
dan Tania, salah satu temanku menegorku. Dan ternyata dia peka sekali terhadap
perasaanku saat ini.
“Rey, nggak usah dilamunin. Kamu juga
nggak perlu iri dengan mereka. Percayalah, mereka nggak selamanya bahagia
seperti itu.”
Akupun
kaget seketika saat ia bicara seperti itu. Apa sidaritadi ia memerhatikan
pandanganku yang terus menatap pasangan itu?
“Ah, kamu Tan. Aku nggak lamunin mereka
kok. Aku Cuma nggak sengaja melihat.”
Lalu,
sekarang semua tatapan tertuju padaku. Speecless!!!
“Ayo ngaku, Reynaaa!!” teriak Gimas.
Ayo cepat bel masuk! Aku nggak betah
ditanya-tanya seperti ini! Please, Tuhan....
“Nggak perlu ditutup-tutupin seperti
ini, Reyna. Sampai kapan kamu harus jadi orang yang suka memendam perasaan?
Nggak baik lho...”
“Hmmm, aku akui, aku memang
memperhatikan mereka. A..a..aku iri kepada mereka...” Jawabku terbata-bata.
“Dengar aku. Kamu nggak perlu iri
kepada mereka, Rey. Seperti yang sudah kukatakan tadi, mereka itu nggak
selamanya bahagia. Mereka juga manusia, sama seperti kita. Dan, pasti
bermasalah. Mungkin, mereka nggak mau memperlihatkan kesulitan mereka
dipublik.” Jelas Tania.
“Ya ya ya, aku paham, aku paham”
***
Jam
istirahat kali ini, kami menghabiskannya dikantin. Kantin selalu ramai oleh
murid-murid sekolah ini. Maka dari itu kami jarang mengunjungi kantin. Hanya
sekali dua kali saja.
Kami
memilih tempat disudut ruangan. Tepatnya dekat pintu keluar. Tania dan Gimas
memesan makanan, dan aku hanya memesan minuman saja. Berhubung pagi tadi sudah
sarapan. Sambil iseng-iseng membaca buku ensiklopedia, tiba-tiba terdengar
suara-suara besar dan sangat mengganggu seperti ada perdebatan antarlawan
jenis.
Akupun
langsung mengalihkan perhatianku terhadap buku, dan menoleh kearah sumber
suara. Sempat kaget seketika. Tak disangka, ternyata suara itu diciptakan oleh
Taufik dan Lyla, yang baru tiga hari yang lalu aku peributkan dengan
teman-teman.
“Taufik, dengar, aku tidak pernah
berhubungan dengan dia dibelakang kamu. Kamu pasti percaya aku tidak akan
melakukannya, kan?”
“Omong
kosong! Sudahlah, bukti lebih buat aku percaya ketimbang perkataanmu itu.”
“Jadi, kau lebih mempercayai mereka,
dibanding aku, pacar kamu sendiri?!”
“Aku percaya bukti, bukan mereka dan
bukan kamu!”
“Oke. Kalau memang jalan yang kau ambil
seperti itu. Mulai sekarang aku tidak ingin melihatmu dan berbicara padamu!”
Dan,
bla bla blaaa.....
Mereka
sangat marah besar. Entah karena masalah apa. Taufik dan Lyla saling beradu
mulut. Menunjukkan kalau mereka tidak melakukan sebuah kesalahan. Keributan
mereka telah mengacaukan suasana ruang kantin dan menjadi pusat perhatian
murid-murid yang lain.
Tak
ada pemisah mereka. Semua murid yang berada diruang kantin hanya bisa menatap
dan berpikir dalam hati masing-masing.
Tak disangka, ternyata pasangan yang selama ini memiliki
tingkat kemesraan yang luar bisa, bisa bertengkar juga. Atau, oh seperti ini toh cara bertengkar mereka,
pasangan yang selama ini dinilai sangat romantis dan tak pernah bermasalah.
Atau mungkin untuk yang tidak suka melihat pasangan ini, mereka akan berkata
dalam hati dan akan merasa puas dengan adanya kejadian ini.
Gimas dan
Tania-pun segera membawaku keluar ruangan itu, dan mulai berbicara.................
“Tuh kan, Rey, benar kataku waktu itu.
Mereka pasti punya masalah. Dan, kali ini mereka nggak bisa menahan diri untuk
tidak dipermasalakan lagi di depan publik.” Ungkap Tania.
“Atau mungkin sumber masalahnya memang
ada disekolah ini, teman kelasnya mungkin?” Lanjut Gimas.
“Dan, karena sudah terlanjur mereka
bertengkar dan dilihat anak-anak, mereka memutuskan untuk berakhir. Gengsi lah
yaa..”
Kepalaku
mulai penat akibat kejadian dikantin tadi, ditambah lagi ocehan Tania dan Gimas
yang nggak ada berhentinya dari tadi.
“Terserah kalian mau bicara apa tentang
mereka, aku nggak peduli!” komentarku singkat. Kemudian bergerak dan
meninggalkan Tania dan Gimas yang masih asik bergosip hal yang nggak penting.
***
Sudah
terbukti, bahwa semua pasangan yang selalu menampilkan senyum tawa cerianya
didepan publik nggak selalu seperti itu. Selalu ada masalah dan ujian disetiap
hubungan. Tergantung yang menjalani, ingin diperpanjang dan membuat hancur
keharmonisan, atau segera menyelesaikan dan memendamnya, supaya selalu terlihat
harmonis.
No comments:
Post a Comment