Aku
gak tau mau nulis apa. Aku bingung, gak ada ide dan pencerahan apapun diminggu
ini. Begitu rapuh, bagai batang pohon yang tak pernah disirami. Rasanya sangat
sangat gelap. Tak bersinar. Mood-pun begitu cepat menghilang. Sungguh minggu
yang sangat berantakan dari minggu-minggu sebelumnya.
Begitu
padat dengan aktivitas. Lelah. Ingin rasanya berhenti melangkah, tapi tak
seharusnya begitu. Jika melihat kedepan, rasanya aku ingin sudahi saja. Setelah
melihat sistematika kegiatan-kegiatanku kedepan, rasanya sangat berat
ngejalaninya.
Tanpa
kamu. Tanpa kamu disampingku, aku sangat tidak berdaya. Tak ada niat tersendiri
untuk menjalani aktivitas tanpa adanya penyemangat. Sungguh rapuhnya diriku
pada saat mendengar pembicaraanmu mengenai perasaanku padamu. Dengan entengnya
kau bertanya, dan dengan polosnya kau menjawab pertanyaan itu.
Sungguh
bukan hal wajar untuk didengar. Bukan hal wajar untuk diberitahu. Tapi, mengapa
kau bertanya seperti itu? Apa kau tidak suka dengan kenyataan yang menimpamu
saat itu? Apa kau merasa terganggu oleh rasa peduliku? Apa kau tidak ingin jika
perasaanku ini terus mengalir lebih dalam terhadapmu?
Jikalau begitu, mungkin aku akan meriksa diri.
Seberapakah tekadku untuk bertahan melawan arus cinta yang segitu derasnya
mengalir dan entah kapan ia berhenti. Kau tak memikirkan betapa sabarnya aku
menjalani ini semua. Membela demi memihak terhadapmu. Bertahan demi mendapatkan
balas cintamu. Berkorban demi mendapatkanmu kembali.
Semua
sudah kulakukan, tapi mana balasmu? Mengapa kau terus diam tanpa suara? Mengapa
kau hanya tersenyum saat dipertanyakan? Mengapa kau tak bisa menjawab
semuanya?! Apa kau tak dapat memenuhi permintaanku? Kau tak bisa
membalasnya?
Aku
mengerti...
Terkadang
mencintai tak selamanya dicintai. Begitu juga kau, yang tak akan pernah memberi
kesempatan kepadaku untuk merasakan indahnya berbagi kasih denganmu, dan
menjalankannya hanya berdua. Hanya kau dan aku. Tanpa ‘dia’. Aku ingin merasakan perhatian kecil darimu,
yang menyerupai belaian tangan halus dipipiku dan menangkap adanya sosok
kekhawatiran pada wajahmu sebelum aku pergi meninggalkan ini.
Aku
ingin, di detik-detik kepergianku engkau selalu ada disampingku, menemaniku.
Dan aku juga ingin engkau mengakhirinya dengan pesan singkat yang berkata, “aku
mencintaimu, dan akan tetap mencintaimu dimanapun kau. Aku akan senantiasa
mendo’akanmu, seperti halnya kau yang selalu mendo’akanku walaupun kau tak akan
pernah nyata. Dan aku akan merindukanmu”.
Tetapi
sulit rasanya untuk menangkap pesan itu dari mulutmu nanti. Mendengar kau
mengatakan cinta padaku saja saat ini sulit. Apalagi mendengar kata penyesalan
yang keluar langsung dari mulutmu. Hmm.. mungkin tak akan pernah terjadi.
Tuhan,
Aku merindukannya
Walaupun aku tak pernah berbalas rindu
Aku akan selalu merindukannya..
Dan aku juga sangat mencintainya, Tuhan..
Walau aku tahu
Tak pernah ada cinta yang dihadirkannya
untukku
Aku akan tetap mencintainya...
Beri aku kesempatan sekali lagi
Untuk bisa berdekatan dengannya
Dan mendengar percakapan mesra
Yang keluar dari hati kita
masing-masing..
Beri aku kesempatan untuk bisa merasakan
hangat pelukkannya
Belaian mesra tangannya
Dan juga satu kecupan bibirnya
Sebagai bukti bahwa cintaku benar-benar
berbalas
Tuhan,
Aku hanya minta kepada-Mu untuk dia
Orang yang sangat kusayang..
Aku ingin menghabiskan sisa waktuku
bersamanya, Tuhan..
Karena aku, menginginkannya :’)
No comments:
Post a Comment